6 Juli 2008
hari ini aku pulang ke rumah emi sendirian. sampai disana aku
kira awalnya aku mau diurut sama wa embe seperti biasa. waktu itu wa embe hanya
bilang kalau : ”iya nanti diurutnya di rumah wa aas aja ya”. aku ga punya
firasat buruk apapun waktu wa embe bilang seperti itu tapi ternyata sehabis
maghrib aku malah disuruh naik ke mobil dan di mobil uwa bilang aku mau dibawa
ke pengobatan patah tulang. sepanjang jalan aku merasah agak risih membayangkan
cimande, pengobatan tradisional yang dipilih oleh wa embe, wa aas dan wa danu
untuk menanganiku. sungguh gugup aku memandangi wajah kak nurul yang berusaha
menenangkanku dan a asyhar yang sibuk dengan hpnya itu. dijalan aku melihat ada
pasar malam lalu perjalananpun berlanjut. jalanannya semakin menyeramkan.
sampai pada tempat tersebut.
sampe disana aku
langsung dibilangin sama orang yang jaganya setelah memeriksa keadaanku katanya
aku bisa lumpuh kalau tidak segera ditangani dan harus dirawat disana. yang
benar saja. aku langsung menangis dan semakin kencang ketika kakak nurul
memegangiku dan mencoba menenangkanku. bagaimana mungkin tulang belakang yang
terlihat begitu menonjol seperti sirip hiu itu dapat membuatku lumpuh.
aku menjerit sekencang-kencangnya ketika aku tidur tengkurap
diatas kasur yang sangat keras sementara tangan dan kakiku di tarik
sekencang-kencangnya dan tulang belakangku didorong oleh orang itu agar
melurus. sakit, pedih air mata bahkan tak pernah berhenti mengiringi kepedihan
yang kurasakan malam itu. cukup lama aku diperlakukan seperti itu. selama aku
diurut uwa aas sibuk telepon mama, papa, uwa gendut, uwa danu, uwa arhati dan
lainnya sementara samar-samar aku mendengar a asyharlah yang menjadi sasaran
dengan nasihat-nasihat yang tak berhenti terus-menerus yang intinya mengatakan
: “tuh sar kalau jatuh bilang... kalau udah parah kan susah nyembuhinnya” hm..
kasian a asyhar padahal dia kan ga salah apa-apa. ketika selesai diurut tubuhku
langsung dibalut oleh ________ dan dibaringkan perlahan oleh beberapa orang.
mereka sangat berhati-hati memindahkan dan mengangkatku ke kasur sebelahnya,
mungkin agar posisi tulang belakangku tidak terlalu miring seperti sebelumnya.
ketika aku sudah terbaring aku dapat merasakan sakit yang amat sangat di
sekujur tubuhku. aku merasakan mual di perutku mungkin karena tadi tangan dan
kakiku ditarik jadi organ dalam tubuhkupun bergeser dari tempatnya semula.
tidak berapa lama, kakak nurul, a asyhar, yunita, uwa aas,
emi pulang. hanya teh empih dan uwa embe yang menemaniku disana. kakak pinjamin
aku bantal pink smile nya dia buat nemenin aku tidur. uwa embe membelikanku
semangkuk indomie rebus tapi tubuhku sulit sekali untuk bergerak bangun ataupun
hanya duduk diatas kasur, lalu teh empih
mengambil mangkuk indomie itu dan menyuapiku makan. sungguh perasaan yang tak
menyenangkan. makan dalam keadaan sakit dan merasa kesakitan disekujur tubuh.
selesai makan aku mencoba tidur namun mata ini tetap tak mau
terpejam. seorang ibu dari kamar sebelah masuk dan meminjamkanku selimbut.
katanya : “kalau malam disini dingin.. pakai selimbut anak ibu aja dulu dek.
dia masih ada lagi selimbut yang lain”. aku sungguh bersyukur karena memang
disana udaranya dingin, selain itu aku juga punya alergi terhadap dingin.
ternyata tidak lama kemudian a wanda datang dengan membawa 2 buah bantal, 1
buah selimut dan beberapa kain lalu pulang kembali. malam itu terasa sangat
panjang. kesunyian yang menyeramkan. aku bahkan hanya dapat memejamkan mataku
10 - 20 menit paling lama kemudian terbangun tertidur kembali dan terbangun
kembali. terus seperti itu hingga pagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar